Balai Bahasa Provinsi Jateng Terbitkan Kamus Bahasa Banyumasan
Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia melalui Balai Bahasa Provinsi Jawa Tengah, menerbitkan Kamus Bahasa Jawa Banyumasan. Kamus bahasa yang disusun awal oleh Budayawan Banyumas Ahmad Tohari dan kawan-kawan ini secara simbolis diserahkan oleh Kepala Balai Bahasa Jawa Tengah Drs Pardi Suratno, M.Hum kepada Bupati Banyumas Ir Achmad Husein, Selasa (3/2) di Ruang Kerja Bupati.
Pardi Suratno mengatakan bahwa selama ini pengajaran bahasa lokal Jawa banyak mengacu pada bahasa standar, yakni bahasa Jawa Surakarta. Menurutnya hal ini menyebabkan kendala bahasa untuk belajar, membaca, dan berbicara dalam bahasa standar tersebut. Sementara di beberapa wilayah ada bahasa daerah dengan dialek yang berbeda. “Ada perasaan ragu-ragu bagi sebagian penutur untuk menggunakan dialek tersebut dalam komunikasi sosial di antara masyarakat” katanya.
Bahasa Banyumasan terkenal dengan cara bicaranya yang khas. Dibandingkan dengan bahasa Jawa dialek Yogyakarta dan Surakarta, dialek Banyumasan banyak sekali bedanya. Perbedaan yang utama yakni akhiran 'a' tetap diucapkan 'a' bukan 'o'. “Jadi jika di Solo orang makan 'sego' (nasi), di wilayah Banyumasan orang makan 'sega'” kata Pardi berseloroh.
Selain itu, kata-kata yang berakhiran huruf mati dibaca penuh, misalnya kata enak oleh dialek lain bunyinya ena, sedangkan dalam dialek Banyumasan dibaca enak dengan suara huruf 'k' yang jelas. “Mungkin itulah sebabnya bahasa Banyumasan dikenal dengan bahasa Ngapak atau Ngapak-ngapak” tambahnya.
Untuk membangun sikap percaya diri dalam berbahasa jawa dialek lokal Pemerintah Provinsi memberi ruang untuk pemanfaatan dialek lokal, termasuk bahasa daerah di sekolah. “Pak Ahmad Tohari sudah merintis kamus bahasa banyumasan ini, sebagai dialek bahasa banyumasan yang memiliki wilayah pemakaian yang luas, perlu didokumentasi, salah satunya dokumentasi atas kosa kata untuk memperluas wilayah baca disertai padanan kata dan pengertian dalam bahasa Indonesia. Kita masih beruntung masih memiliki tokoh-tokon yang memiliki pemahaman dan peduli terhadap bahasa Banyumasan seperti Pak Ahmad Tohari” Kata Kepala Balai Bahasa sambil menunjuk Budayawan Banyumas yang ikut dalam pertemuan tersebut.
Bupati Banyumas menyambut baik terbitnya Kamus Bahasa Jawa Banyumasan. “Saya telah lama menantikan kepedulian pihak terkait dalam pelestarian dan pemanfataan bahasa dialek Banyumasan, walaupun sejatinya buku semacam ini sudah dimulai oleh Pak Ahmad Tohari dan kawan-kawan, tetapi ini menjadi lain karena yang mengerjakan dari kementrian” kata Bupati.
Bupati melanjutkan bahwa sejarah pemerintahan dan perjuangan bangsa telah banyak dipengaruhi oleh eksistensi bahasa dan budaya panginyongan, yang bersifat jujur dan apa adanya, antara hati, pikiran dan ucapan sama tidak ditutup-tutupi. Namun bahasa ngapak sering diasumsikan sebagai kaum rendahan. “Bahkan ada stigma buruk yang menyudutkan eksistensi bahasa tok melong ini, hal ini terlihat dari pemosisian bahasa Jawa Banyumasan dalam masyarakat misal di televisi sering bahasa Jawa Banyumasan sebagai bahan lawakan“ kata Bupati.
Bupati juga merasakan dalam keseharian masyarakat Banyumas semakin hari semakin sedikit yang bertutur dengan bahasa banyumasan. “Untuk itulah saya mewajibkan setiap pegawai di Banyumas setiap hari Kamis wajib menggunakan bahasa Banyumasan” jelas Bupati pada tamu dari Balai Bahasa.
“Semoga penerbitan kamus bahasa Jawa Banyumasan ini dapat ‘mengentaskan’ bahasa Banyumasan, dari bahas stigma yang ada dan menjadikan bahasa kebanggaan masayarakat penuturnya khususnya masyarakat Banyumas” tambahnya.
Bupati juga berharap kamus ini digunakan secara arif dan proporsional sebagai bentuk kepedulian terhadap budaya penginyongan. “Kita perlu terus mengupayakan agar generasi mendatag lebih mengenali dan mencintai tradisi dan budaya luhur wong pengiyongan melalui bahasa Banyumasan” pungkasnya.
(Humas Setda Kab. Banyumas)