Banyumas MoU Batik dengan Kementrian Perindustrian
Sejak dilantik menjadi Bupati Banyumas, Ir Achmad Husein begitu serius ingin mengembangkan batik banyumasan. Setelah beberapa kali mengadakan kunjungan ke berbagai tempat termasuk dua kali Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, juga melakukan berbagai upaya dengan mengadakan berbagai kegiatan yang terkait dengan batik seperti 1000 siswa membatik di SMA Negeri Sokaraja, Sokaraja Batik Carnival, lomba desain batik, lomba busana batik dan lain-lain.
Tindakan konkrit itu semakin nyata, saat ditanda tanganinya Nota Kesepahaman (MOU) antara Pemerintah Kabupaten Banyumas dengan Badan Pengkajian Kebijakan Iklim dan Mutu Industri (BPKIMI) Kementrian Penridustrian RI tentang Pengembangan IKM, Tenun dan Batik di Kabupaten Banyumas, Senin (21/4) di Graha Satria Purwokerto.
Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kabupaten Banyumas Joko Wikanto mengatakan bahwa sebagai salah satu tindak lanjut dari MOU tersebut, antara lain Pelatihan Teknologi Produksi Batik Kombinasi Tritik dan Jumputan.
Joko wikanto mengatakan dengan pelatihan akan meningkatkan sumber daya manusia (SDM) bagi IKM Batik, Tekstil dan Produk Tekstil. “Juga akan menambah pengetahuan tentang diversifikasi produk batik banyumasan dan meningkatkan daya saing dan nilai tambah” katanya.
Kapala BPKIMI Arryanto Sagala dalam sambutan yang dibacakan oleh Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta Dra. Zulmalizar MM mengatakan bahwa MOU sebagai payung hukum jangka panjang. ”Saya menyambut baik atas progress Pemkab Banyumas dengan kerja sama ini, karena kedepan akan meningkatkan lapangan pekerjaan, dan meningkatkan perekonomian masyarakat yang akan berdampak pada kontribusi industri kerajinan dan batik terhadap PDB Kabupaten Banyumas” katanya.
Hal penting yang harus disinergikan dengan SDM yang ada di Banyumas adalah tentang perekayasaan, pegembangan desain, pelatihan teknis, serta pengujian dan sertifikasi produk kerajinan dan batik. ”Balai Besar Kerajinan dan Batik Yogyakarta, selaku Teknis MOU ini sudah teruji, sehingga bisa secara bersama mengembangkan kerajinan dan batik banyumas” lanjutnya.
Batik Banyumas Masih Mahal
Bupati Banyumas Ir Achmad Husein mengakui bahwa untuk pioner batik di Indonesia saat ini masih tercentral di Yogyakarta, Solo dan Pekalongan. Untuk itulah para pengrajin wajib terus dipacu untuk mengembangkan diri dan belajar pada daerah lain yang sudah maju. ”Kita harus mengakui bahwa batik banyumas masih mahal, untuk itu kita harus mawas diri dan terus belajar agar batik banyumas bisa go nasional minimal go Banyumas” ajak Bupati.
Setelah diakui dalam Daftar Representatif Budaya Tak Benda Warisan Manusia oleh organisasi dunia Unesco, geliat pemakaian batik terasa, termasuk di banyumas. Batik pun tidak pernah dilupakan dalam setiap kesempatan. Namun, di tataran pengusaha belum terjadi perkembangan yang signifikan, terutama menyangkut penambahan jumlah usaha. “Mungkin karena baru pengakuann belum menjadi budaya, jadi perlu waktu," ujar Bupati.
Karena itulah berbagai upaya dilakukan, termasuk mewajibkan para pegawai setiap Rabu s/d Sabtu menggunakan batik. “Tetapi batik yang dipakai belum semua menggunakan batik banyumas” kata Husein menyayangkan.
Untuk itu diberbagai kesempatan Bupati ini selalu member contoh dan menyapa para pegawai dan terkadang dengan sindrian. “Terkadang saya tanya pada kepala dinas atau salah satu karyawan batik mana ini, dengan tujuan dikemudian hari akan mengenakan batik produk lokal” tambah Husein.
(Humas Setda Kab. Banyumas)